Calo, menguntungkan atau merugikan

May 14, 2011

Sepi. Mungkin kata itulah yang tepat untuk menggambarkan kondisi mess saat ini.Parapenghuninya kelabakan mencari tiket dadakan untuk pulang. Ini karena adanya pengumuman cuti bersama hari senin tanggal 16 Mei 2011 oleh Pemerintah. Tak ayal bandara adalah tempat fovorit teman-teman untuk mencari tiket. Benar saja, dari tiga teman yang mencoba mencari tiket dadakan, ternyata ketiganya dapat. Dengan harga yang tidak begitu mahal. Malah bisa dibilang normal. Kerenkan! Padahal kalau kita lihat di situs maskapainya, kebanyakan tiket yang tersedia jauh di atas harga normal. Bahkan ada juga yang statusnya sold out (habis terjual). Aneh. Tapi itulah realita yang ada.

Dalam mencari tiket, ketiga teman tadi tidak mendapatkannya dengan mudah. Namun harus bersabar dan sedikit ulet (bisa mencari celah). Calo tiket. Ya dialah yang telah berjasa membantu dua dari ketiga teman tadi. Entah bagaimana usahanya, begitu kita minta dia untuk mencarikan tiket, dalam hitungan kurang lebih setengah jam, tiket sudah di dapatkan.

Atas kejadian itu, aku jadi berpikir. Menguntungkan ga sih calo tiket untuk para penumpang?. Tentu jawabannya akan beragam. Jelas, karena sudut pandang orang akan berbeda berdasarkan kepentingannya. Taruhlah orang yang lagi butuh banget untuk mudik, sementara sudah mencoba di agen resmi tapi tetap tidak dapat, maka melalui calolah dia berharap bisa mendapatkan tiket. Maka dari pandangan orang ini calo sangat membantu. Tapi belum tentu sama, jika kita bertanya kepada orang yang tidak ada kepentingan. Pasti jawabannya akan merugikan. Karena selain harga tiket di calo relatif lebih mahal dari harga sebenarnya, mereka juga beranggapan tiket yang dipegang calo mengurangi jatah tiket yang seharusnya bisa dibeli oleh orang lain yang membutuhkannya jauh-jauh hari. So, sekarang giliran anda untuk menilainya.


Inikah rasanya

May 10, 2011

Wajahku tampak kusut. Begitu juga dengan baju yang melekat pada tubuhku. Baju putih yang sudah tidak seputih saat pertama aku beli. Dengan tubuh yang sudah tak wangi lagi, dan juga tenaga seadanya. Akhirnya aku sampai juga di mess. Mess tempatku istirahat selama bertugas di kota ini. Tempat diriku banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman yang senasib denganku.

Diiringi dengan gumpalan awan di langit, motor yang aku naiki mulai memasuki pintu gerbang mess. Terlihat cat tembok warna kuning yang sudah lusuh menghiasi pagar mess. Adapun pos satpam tepat berada di sisi kiri pintu gerbang. Dengan halus satpam messpun menyapaku. Akupun membalasnya dengan menganggukkan kepala. Aku dan motorku melaju pelan menyusuri pelataran mess menuju parkiran.

Begitu sampai di parkiran. Ada gadis kecil yang menyambut dan menyapaku. “o..om Ato.., o..om Ato” begitu suara yang keluar dari bibir mungil gadis kecil itu. Dengan riang gadis kecil itupun belari menuju ke arahku seraya menjulurkan kedua tangannya. Akupun turun dari motor. Setelah kulepas helm yang melekat di kepala, dengan penuh kasih dan kemanjaan, kujemput dan kupeluk gadis kecil nan lucu itu. Baca selengkapnya…


Mahalnya sebuah kepedulian

May 9, 2011

Seperti biasa, hari ini suasana kantor riuh dengan para satker yang sedang mengantri untuk memasukkan SPM dan Rekonsiliasi. Terlihat kursi yang tersedia hampir penuh dengan para satker. Ada yang sedang mengecek kelengkapan berkas SPM. Ada pula yang sedang mengutak-atik laptop, mengecek data untuk rekon. Namun ada satu kesamaan yang ada pada diri mereka. Yaitu sama-sama ada rasa khawatir yang tersirat pada raut muka mereka. Rasa khawatir jikalau SPM yang di ajukan dikembalikan karena ketidaklengkapan berkas, atau BAR rekonsiliasi belum bisa terbit karena adanya perbedaan data.

Jika suasana di ruang tunggu begitu riuh dengan antrian Satker. Suasana yang tak jauh berbeda, terjadi pula di ruangan para petugas Midle Office. Namun keriuhan yang terjadi bukan karena antrian satker, melainkan karena lengkingan suara printer Epson LQ-2180 yang dipaksa terus untuk mencetak konsep dan karwas kredit SP2D yang tak ada jedanya. Terlihat para petugas Midle Office sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada yang sedang merobek-robek konsep serta karwas kredit SP2D. Ada pula yang sedang sibuk mengerjakan SKPP anggota TNI/Polri. Ini terlihat dari katu gaji warna merah muda yang ada di atas mejanya.

Namun tak jarang, ada juga yang sudah tidak ada pekerjaan lagi. Ini karena SKPP sudah selesai serta pasokan SPM dari petugas Front Office belum kunjung datang. Keadaan inilah yang seringkali digunakan oleh para petugas Midle Office untuk istirahat sejenak. Ada yang menggunakannya untuk melihat tayangan televisi yang memang disediakan untuk para satker yang sedang menunggu. Namun ada pula yang mencoba untuk istirahat dengan menyandarkan tubuhnya di kursi, yang sejatinya bukan kursi untuk istirahat. Walau demikian, rasanya sudah cukup untuk mengusir penat dan kantuk yang melanda ketika seharian dipaksa untuk duduk terpaku di kursi kerja. Baca selengkapnya…