Segenggam amanah

June 7, 2011

Dari tempatku berdiri terdengar suara nasyid mengalun merdu dari pengeras suara yang tersambung dengan sebuah tape recorder. Tamu-tamu mulai berdatangan dengan wajah-wajah muda fresh graduate yang sangat mendominasi. Kursi-kursi berjajar rapi dengan sebagian sudah penuh terisi. Di depan tampak hidangan yang sudah tertata rapi dan siap untuk disantap. Sungguh sebuah perhelatan yang lumayan buat orang seukuran diriku.

Kulangkahkan kakiku menuju ke tempat acara. Terdengar canda tawa bahagia dari tamu lain mengiringi setiap langkahku. Akupun terus berjalan sendiri menyusuri ruang kosong yang tercipta di antara himpitan kursi yang sudah tertata rapi. Kurasakan seolah semua mata menatap tajam padaku. Melihatku berjalan sendiri tanpa ada kawan yang menami karena mereka sedang sibuk dengan urusan pribadi masing-masing.

Kuluruskan pandanganku ke depan sambil terus berjalan menuju rumah yang punya hajat. Sembari jalan akupun mencari sosok yang mengundangku untuk datang ke acara ini. Acara syukuran karena kelulusannya. Semakin dekat dengan rumah yang punya hajat, semakin jelas pula pandanganku pada sesosok gadis yang begitu anggun dengan jilbab biru menghias di kepalanya. Kucoba memperhatikannya untuk memastikan bahwa benar kalau itu memang dia. Ternyata dugaankupun tidak meleset, dialah gadis yang mengundangku ke sini, sekaligus gadis yang bisa menggetarkan hatiku yang sudah lama mati. Baca selengkapnya…