“sepohon kayu daunnya rimbun
Lebat bunganya serta buahnya
Walaupun hidup seribu tahun
Kalau tak sembahyang apa gunanya
Walaupun hidup seribu tahun
Kalau tak sembahyang apa gunanya
Kami bekerja sehari-hari
Untuk belanja rumah sendiri
Walaupun hidup seribu tahun
Kalau tak sembahyang apa gunanya
Walaupun hidup seribu tahun
Kalau tak sembahyang apa gunanya”Lagu sepotong kayu begitu mendayu dilantunkan oleh uje’ dari hpku. nama Mey2 menghias di layar hp. Ga mau dia menunggu lama, dengan cepat aku tekan tombol yes. Dari seberang terdengar suara salam “Assalamu’alaikum”.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh”, jawabku agak berat, dengan tetap setia bersandar pada bantal dan guling yang menemaniku sedari tadi.
“Yah…lagi tidur dia”, suara dari seberang menebak karena mendengar suaraku yang agak berat
“Siapa yang tidur! aku cuma tiduran doank” jawabku membela diri
“Halah…sama aja”
“Beda kali, kalau tidur mah kagak bisa terima telepon”
“Ah..pokoknya sama. Sama-sama di tempat tidur titik” jawabnya ga mau kalah
“Tumben pagi-pagi sudah bangun?” tanyaku sembari melihat jam di hpku yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi waktu Indonesia tengah, yang berarti pukul setengah enam waktu Indonesia bagian barat, dimana Mey2 berada.
“Sembarangan, sudahlah…wong tiap hari aku juga bangun pagi” jawabnya membela
“Gak olahraga lu?” tanyaku sembari mengingatkan kegiatan yang biasa dia lakukan di hari sabtu pagi seperti ini.
“Nggak, lagi males. Lagian juga mau ada yang aku tanyakan sama mas” jawabnya beralasan
“Tanya apa?”
“Gini, kemarin aku pas selesai sholat dhuhur di mushola tempatku kerja, aku melihat bapak-bapak yang sholatnya tenang banget, seperti menikmati setiap gerakan. Begitu selesai juga dia berdzikir lumayana juga”
“Terus masalahnya dimana?” potongku ga sabar
“Ihh…sabar lah. Belum juga selesai ceritanya, udah di potong aja. Makanya dengerin dulu ceritanya sampai selesai” jawabnya ketus
“Iya..iya…, lanjutin lagi ceritanya”
“Nah gitu donk, hargai dikit kek orang yang mau cerita”
“Iya udah lanjutin ceritanya. Kelamaan”
“Aku lanjutin nih ceritanya”
“Iya udah cepetan” jawabku tak sabar dia melanjutkan ceritanya
“Tadi kan aku bilang ada bapak-bapak yang sholatnya tertib dan rapi. Nah, di sebelahnya juga ada anak muda yang sedang sholat. Tapi sholatnya buru-buru seperti lagi di kejar hansip. Habis itu, selesai sholat langsung cabut, ga pakai acara dzikir segala. Nah gimana tuh mas?” tanyanya padaku
“Apanya?”
“Sholatnya lah, sah apa tidak?”
“Sepanjang syarat dan rukunnya terpenuhi, ya tetep sah”
“Kok gitu?”
“Lah emang gitu. Coba ane tanya, bagaimana sholat itu dinyatakan sah?”
“Ya kalau syarat dan rukun sahnya sholat terpenuhi.”
“Ya sudah”
“Diterima ga sholatnya anak muda itu?”
“Wallahua’alam. Itu urusan Allah. Aku ga tau”
“Kok gitu?”
“Ya memang begitu. Gini, aku punya cerita yang mungkin bisa menginspirasimu. Mau dengerin ceritanya ga?”
“Mau”
“Ada orang yang mengendari motor dengan kelengkapan seperti yang telah ditetapkan melaju sesuai dengan petunjuk lalulintas yang ada. Di lain pihak, ada anak muda mengendari motor dengan kelengkapan yang, namun sering kali tidak menghiraukan petunjuk berlalulintas yang ada. Kedua motor berada di jalan yang sama dengan tujuan yang sama pula. Kira-kira menurut kamu siapa yang resiko kecelakaannya lebih besar dan tidak sampai tujuan?”
“Ya… anak muda”
“Kok bisa?”
“Kalau dia seringkali tidak menghiraukan pertunjuk berlalulintas, berarti ada kemungkin juga dia ga mentaati traffic light kan?”
“Mungkin, emangnya kenapa?”
“Kalau dia tidak mentaati traffic light maka ada kemungkin di saat lampu merah dia masih tetap jalan terus tidak berhenti sejenak menunggu sampai lampunya menjadi hijau”
“Mungkin juga, terus hubungannya?”
“Kalau dia menerabas lampu merah, ada kemungkinan dia akan kecelakan dan membuatnya tidak sampai di tujuan, malah nyasar ke rumah sakit, atau bahkan ke kuburan”
“Begitu juga dengan apa yang kamu tanyakan tadi. Kemungkinan besar yang di terima sholatnya ya sholatnya bapak-bapak yang tertib dan juga tumakninah tadi. Bukan anak muda yang sholatnya seperti di kejar hansip.”
“o… gitu ya Mas!”
“Kurang lebihnya seperti itu, tapi ane juga minta maap kalau perumpamaannya ga tepat. Namanya juga manusia” hehehehe
“Tapi masuk akal juga sih mas!”
“Kalau menurut kamu begitu ya silahkan, aku kan hanya memberi gambaran sebisaku saja. Btw ada yang mau ditanyakan lagi ga? Kalau ga aku mau maen tenes dulu.”
“Nggak kayaknya mas, ya udah maen sana. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh.” jawabku menutup percakapan.
Kupang 7 Juni 2011/6 Rajab 1432H
Saya juga sholatnya masih suka buru-buru…
Mudah-mudahan ke depan bisa lebih tenang dan khusuk 🙂
Selamat pagi, share yang penuh hikmah …
cerita yang memberkan pencerahan buat saya kang….
saya juga merasa shalatnya masih jauh dari sempurna,,,,,
tapi insya Allah harus berusaha terus supaya shalatnya bener2 sempurna….
mendapat pencerahan d sini, semoga bisa menjaga sholatku lebih baik
amin.. biar ga rugi nih artikel ditulis dari kupang.. 😛
Makasih udah mau mampir ya Mas. Salam kenal dari tetangga baru. Hehehe… 😀
sadar atau tidak kebanyakan orang hanya sholat sekedar untuk memenuhi kewajiban 5 waktunya saja, dan tidak mengetahui makna dan arti yang sesungguhnya dari sholat itu sendiri…..
maaf jika ada salah ya……
salam takzim..
ceritanya penuh hikmah,,
semoga bisa menjadi pelajaran buat kita semua..
semoga kita bisa lebih baik dalam memaknai sholat di kemudian hari,
makasih sharenya 🙂
luarbiasa 🙂
ini nilai’a bagus..smga sy bs lbih baik lg..hehee
walaupun hidup seribu tahun kalau tak sembahyang apa gunanya
walaupun hidup seribu tahun kalau tak sembahyang apa gunanya
tuh kayaknya ngetik liriknya ada yang kurang.. he hehe
sholat tepat waktu akan mendidik kita menjadi disiplin
Diterima atau tidaknya sholat adalah otoritas ALLAH, yang penting berusaha sebaik mungkin 🙂
Terimakasih cerita insirainya, Kang 🙂
iya,, sholat masih suka di uber hansip ,, kalo bw bisa anteng bgt .. 😀
Sholatku masih acak2an. Suka buru-buru dan gak khusuk. Semoga habis ini makin bagus sholatnya.
terimakasih untuk nasihatnya… ^^
perumpamaan yang baik, semoga diterima ya..
Wah, bener juga ya..
Selama ini saya sholat dengan kecepatan sedang, hehehe
Makasih mas ceritanya, besok saya kalau naik motor perlengkapannya lengkap dan taat rambu-rambu (hus… lagi ngomongin sholat malah bahas motornya)
nggak ada lanjutannya tah hoho
berkunjung sore kang .. 🙂
Salam kenal dari Nganjuk Jatim.
Kupang mana? saya ada beberapa teman guru SMK di Kupang.
hmm… sholat sy masih buru2 dikejar hansip.. 😦
apa yang kita lakukan, kita sendiri yang nanggung akibatnya. Entah itu baik/buruk